Makalah Kewirausahaan Off-Farm

KEWIRAUSAHAAN OFF-FARM
PERENCANAAN PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI BERUPA USAHA KULINER MAKANAN BEKU (FROZEN FOOD) DI KABUPATEN MADIUN









 Disusun oleh :
Aisyah Farhana 1804010022





KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2018




BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Manusia dan pangan adalah dua hal yang tidak dapat terpisahkan, karena dalam kehidupannya manusia akan selalu membutuhkan makanan dan minuman untuk bertahan hidup. Dengan demikian industri makanan minuman yang berangkat dari bidang pertanian tidak akan pernah mati selama masih ada manusia yang hidup di muka bumi. Atas alasan ini, memiliki usaha di bidang agroindustri sangatlah potensial untuk berkembang besar apabila dilakukan dengan perencanaan dan pengelolaan usaha yang baik dan benar.
Salah satu contoh pengembangan agroindustri dapat dilakukan di Kabupaten Madiun. Hasil Susenas menunjukkan rata-rata pengeluaran perkapita sebulan penduduk Kabupaten Madiun sebesar 805.295 rupiah. Untuk kelompok makanan rata-rata pengeluaran per kapita sebulan sebesar 422.919 rupiah dan kelompok bukan makanan sebesar 382.376 rupiah. Pengeluaran kelompok makanan didominasi oleh kelompok pengeluaran makanan jadi sedangkan untuk bukan makanan didominasi oleh kelompok perumahan dan fasilitas rumah tangga (BPS Kabupaten Madiun, 2018).
Data ini menunjukkan bahwa kebutuhan masyarakat akan makanan memiliki nilai persentase yang tinggi dalam pola konsumsinya. Terlebih konsumsi terhadap makanan jadi dimana menurut BPS Kabupaten Madiun menyumbang 16% dari seluruh rata-rata pengeluaran perkapita sebulan. Hal ini dapat terjadi karena banyaknya masyarakat yang lebih memilih untuk mengkonsumsi makanan minuman dengan cara yang lebih praktis tanpa harus memasak terlebih dahulu. Didorong perkembangan teknologi informasi yang begitu cepat menjadikan masyarakat semakin dinamis dan berubah gaya hidupnya menjadi masyarkat modern.
Untuk memenuhi kebutuhan pangan dengan cara yang praktis dan cepat, sebagaimana karakter generasi kini, harus dicari sebuah strategi dimana produk makanan jadi dapat dikonsumsi sewaktu-waktu (ready to served food). Faktor penyimpanan menjadi poin penting yang harus diperhitungkan dalam pegolahan bahan pangan. Hal ini dapat dicapai dengan melakukan pengawetan pada proses pengolahan produk sehingga shelf life atau masa layak konsumsi produk menjadi lebih lama. Salah satu contohnya adalah dengan membekukan produk hingga menjadi frozen food yang cepat saji dan dapat dikonsumsi hanya dengan memanaskan produk makanan tersebut saja.

1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan agroindustri?
2. Apa yang dimaksud dengan frozen food?
3. Apa produk yang dapat dikembangkan untuk usaha di Kabupaten Madiun?
4. Bagaimana merencanakan pengembangan produk usaha di Kabupaten Madiun?
5. Apakah produk yang dikembangkan dapat diterima oleh pasar?
6. Bagaimana segmentasi pasar (konsumen) yang dituju untuk memasarkan produk?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui prospek usaha agroindustri di Kabupaten Madiun.
2. Mengetahui perencanaan pengembangan produk di Kabupaten Madiun.
3. Mengetahui perencanaan pemasaran produk yang dikembangkan.



BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Tinjauan Pustaka
Kabupaten Madiun terdiri dari 15 kecamatan dengan wilayah terluas yaitu Kecamatan Kare, sebagiabesar wilayahnya terdiri atas hutan dan perbukitan dan yang paling kecil adalah Kecamatan Sawahan. Sektor pertanian secara umum masih merupakan sektor unggulan di Kabupaten Madiun, dimanmayoritas penduduk memiliki mata pencaharian yang terkait dengan sektor pertanian baik secara langsung atau tidak secara langsung. Menurut angka penggunaan lahan secara umum juga menunjukkan bahwa mayoritas lahan di Kabupaten Madiun digunakan untuk kegiatan yang berkaitan dengan pertanian, baik pertanian tanaman pangan, perkebunan, kehutananmaupun peternakan (BPS Kabupaten Madiun, 2018).
Salah satu strategi pembangunan pertanian dimasa datang adalah pengembangan agroindustri perdesaan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat perdesaan melalui upaya peningkatan nilai tambah dan daya saing hasil pertanian. Untuk mewujudkan tujuan tersebut, pengembangan agoindustri perdesaan diarahkan untuk : 1) mengembangkan kluster industri, yaitu industri pengolahan yang terintegrasi dengan sentra sentra produksi bahan baku serta sarana penunjangnya, 2) mengembangkan industri pengolahan skala rumah tangga dan kecil yang didukung oleh industri pengolahan skala menengah dan besar, 3) mengembangkan industri pengolahan yang punya daya saing tinggi untuk meningkatkan ekspor dan memenuhi kebutuhan dalam negeri (Budiningsih, 2014).
Agroindustri berasal dari dua kata agricultural dan industry yang berarti suatu industri yang menggunakan hasil pertanian sebagai bahan baku utamanya dan suatu industri yang menghasilkan suatu produk yang digunakan sebagai sarana atau input dalam usaha pertanian. Definisi agroindustri dapat diajabarkan sebagai kegiatan industri yang memanfaatkan hasil pertanian sebaga bahan baku, merancang, dan menyediakan peralatan serta jasa untuk kegiatan tersebut. Dengan demikian agroindustri meliputi industri pengolahan hasil pertanian, industri yang memproduksi peralatan dan mesin pertanian, industri input pertanian (pupuk, pestidisa, herbisida dan lain-lain) dan industri jasa sektor pertanian (Maulidah, 2012).
Bisnis kuliner memang tidak ada matinya, banyak dari mereka yang berkecimpung dalam bisnis ini dan sukses dalam mengembangkan bisnisnya. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, membuat gaya hidup kita dituntut untuk cepat dan praktis, begitu juga untuk pemenuhan kebutuhan makanan yang kita konsumsi sehari-hari. Frozen food atau makanan beku saat ini menjadi alternatif makanan siap saji yang banyak diminati masyarakat. Makanan beku praktis, bisa disimpan cukup lama dalam lemari pendingin, dan dimasak sewaktu-waktu (Iklan Pos, 2015).
Makanan beku olahan atau yang dikenal dengan frozen food merupakan hasil dari metode pengawetan makanan yang dilakukan dengan cara menurunkan suhu hingga titik beku, hal ini bertujuan untuk memperlambat proses pembusukan. Frozen food pada awalnya diciptakan dan ditujukan untuk seseorang yang terlalu sibuk, tidak mau atau tidak mampu untuk menyiapkan makanan untuk dirinya sendiri (Lovell, 2011:23). Seiring dengan perubahan gaya hidup masyarakat yang mulai beralih dari konvensional ke modern, masyarakat Indonesia mulai beradaptasi dengan pola konsumsi yang ada di negara-negara maju, salah satunya dengan mengkonsumsi produk frozen food. Industri frozen food diprediksi akan terus bertumbuh seiring dengan perubahan gaya hidup masyarakat. Bernando, et al. (2015:1) menunjukkan bahwa pertumbuhan rata-rata pasar makanan dalam kemasan dan minuman tahun 2013-2017 diprediksi berada di atas angka 10%, sedangkan untuk produk frozen food diprediksi mampu tumbuh hingga 16,6%. Euromonitor (2014) menunjukan pada tahun 2014, industri frozen food mampu tumbuh di kisaran 19%. Pertumbuhan industri makanan dan minuman yang cepat membuat perusahaan harus dapat memahami permintaan dan kebutuhan konsumen sebagai prioritas utama (Rahardjo, 2016).
Kerusakan makanan dapat disebabkan oleh faktor kimia, fisika, dan biologi. Alasan utama mengawetkan makanan adalah orang tidak mampu mengendalikan pengaruh bologis yang membuat makanan menjadi rusak. Mengawetkan makanan pada intinya adalah memperpanjang masa simpan makanan dari kebusukan. Diantara berbagai metode pengawetan makanan, cara pembekuan merupakan cara yang paling efektif dan mudah, cepat, praktis dan aman. Dasar kerja sistem pembekuan adalah suhu dingin. Misalnya suhu dingin lemari es 4°C, akan menghambat reaksi kimia dan pertumbuhan mikroorganisme. Pada suhu -18°C, pertumbuhan mikroorganisme terhenti, sehingga proses pembusukan tertunda. Selama suhu dijaga di titik bekunya, pertumbuhan mikroorganisme masih bisa dikendalikan. Tapi pembekuan hanya menghentikan pertumbuhan sementara (Alamsyah, 2008).


2.2 Pembahasan
Penerapan strategi pembangunan pertanian melalui pengembangan agroindustri di Kabupaten Madiun dapat dilakukan dengan sebuah usaha kuliner makanan beku (frozen food). Produk kuliner yang ditawarkan bisa bermacam-macam makanan sehari-hari yang mudah untuk dibekukan dan dipanaskan kembali serta sesuai dengan selera masyarakat dan terjangkau. Salah satu contoh produk yang dapat diproduksi adalah rolade saus. Rolade terbuat dari bahan utama daging sapi atau ayam giling yang dicampur dengan rempah-rempah dan tempung. Terdapat dua opsi saus yaitu asam manis dan lada hitam dengan campuran sayur mayur dan/atau buah. Dua produk terpisah yang merupakan satu bagian ini dimasukkan ke dalam freezer dan disimpan dalam keadaan beku.
Masyarakat Madiun dalam hal konsumsi makanan memilki karakter yang cenderung bertahan terhadap makanan-makanan tradisional, makanan khas dan makanan dengan rasa asli “lidah” Jawa Timur dan Indonesia secara umum. Hal ini menyebabkan tidak banyak industri-industri kuliner baru yang bertahan lama dan tantangan inovasinya lebih berat. Research and Development (R&D) yang harus dilakukan dalam mempersiapkani usaha adalah menciptakan resep yang memiliki takaran terbaik antara campuran daging dan bahan-bahan tambahan lain sehingga tercipta rasa rolade yang enak dan familiar di lidah masyarakat. Rolade dibekukan setelah dicetak dan dikukus terlebih dahulu sehingga didapatkan produk setengah jadi. Pilihan kemudian diserahkan kepada konsumen apakah rolade akan digoreng, direbus, dikukus, ataupun dibakar sesuai selera. Begitu pula dengan pemilihan rasa saus dan sayur/buah yang diikutsertakan dalam saus. Pada pembuatan saus dapat disediakan saus yang plain dan saus yang diberi tambahanseperti tambahan nanas di saus asam manis atau paprika di saus lada hitam dapat dijadikan opsi untuk konsumen.
Dalam mengoperasikan usaha ini, disaat usaha kuliner telah berjalan stabil dapat juga kemudian mengembangkan kluster industri, yaitu industri pengolahan yang terintegrasi dengan sentra sentra produksi bahan baku serta sarana penunjangnya. Pada agroindustri ini industri pengolahan produk dapat diintegrasikan dengan peternakan ayam, peternakan sapi, rumah jagal/ penyembelihan sapi, penggilingan daging, serta pemasok rempah-rempah dan sayuran. Ketersediaan sumber daya di Kabupaten Madiun terbilang masih mampu untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan bahan baku dan sarana penunjang secara lokal sehingga mampu terintegrasi. Namun untuk menyokong hal tersebut dapat terlaksana diperlukan modal yang cukup besar untuk memastikan berjalannya setiap sentra dengan baik.
Segementasi pasar yang dituju adalah masyarakat yang bekerja di perkantoran, rumah sakit, pabrik dan pekerja-pekerja lainnya yang cenderung tidak memiliki banyak waktu dan pilihan dalam konsumsi makanan. Terutama kalangan ibu-ibu muda yang memiliki tuntutan pekerjaan dan lebih memilih untuk tidak memasak dikarenakan keterbatasan tenaga dan waktu. Mereka yang telah berkeluarga dan memiliki anak sudah pasti harus dapat memenuhi kebutuhan konsumsi makan anak-anaknya. Pemenuhan kebutuhan tersebut dapat dilakukan dengan membeli makanan jadi di warung makan atau restoran. Namun kegiatan tersebut juga terkadang terkendala oleh waktu atau kondisi yang tidak memungkinkan untuk keluar membelinya sehingga frozen food ini dapat menjadi alternatif terbaik konsumsi di rumah.
Produk frozen food yang telah diproduksi dapat dipasarkan di Kabupaten Madiun dan daerah-daerah lain di sekitarnya. Daerah terdekat yang sangat potensial pasarnya adalah Kota Madiun yang wilayahnya berada di tengah Kabupaten Madiun. Kota Madiun memiliki julukan Kota Gadis yang merupakan sebuah akronim dari perdagangan, pendidikan, dan industri. Madiun yang dulunya merupakan sebuah karesidenan hingga saat ini masih berberan penting bagi kota-kota kecil di sekitarnya yaitu Magetan, Ponorogo, Ngawi, Pacitan dan sebagainya. Sebagai pusat kegiatan sosial ekonomi, Kota Madiun yang wilayahnya kecil banyak didatangi orang-orang dari luar baik untuk bekerja, berwisata maupun menempuh pendidikan.
Dalam bidang pendidikan, Madiun tercatat sebagai kota yang memiliki instansi pendidikan yang cukup banyak. Berdasarkan data Pemerintah Kota Madiun yang dikutip TribunTravel.com dari madiunkota.go.id, Madiun memiliki lebih dari 200 instansi pendidikan. Tidak sedikit siswa-siswa dan mahasiswa yang berasal dari luar Madiun sehingga meningkatkan jumlah penduduk yang membutuhkan konsumsi makanan. Sementara di bidang industri, Madiun memiliki sebuah perusahaan yang cukup besar yaitu PT Industri Kereta Api (PT INKA) yang merupakan pabrik pembuatan kereta api di Indonesia. Selain itu terdapat juga industri-industri lain seperti pabrik gula PG Rejoagung, PG Pagotan dan PG Kanigoro; industri pembuatan sambal pecel, brem, krupuk puli, dan madu mongso; pabrik plastik dan pengolahan limbah plastik dan lain sebagainya.
Distribusi produk dapat dilakukan dengan menitipkan di tempat-tempat kerja, warung makan, supermarket dan toko khusus frozen food yang memiliki pendingin (freezer) dan dapat diakses dengan mudah oleh konsumen. Selain itu dapat juga memanfaatkan platform online sebagai sarana jual beli seperti melalui media sosial, menyediakan layanan antar dalam Kota-Kabupaten Madiun, dan transaksi langsung di tempat industri. Dalam pendistribusian produk yang harus diutamakan adalah penyimpanan produk, baik saat masih di produsen atau di distributor serta saat pengiriman, tingkat beku produk harus terjaga dengan mengontrol suhu lingkungan tempat penyimpanan produk sehingga kualitas tetap terjaga hingga ditangan konsumen.




BAB III
PENUTUPAN

1.1 Kesimpulan
Sektor pertanian secara umum masih merupakan sektor unggulan di Kabupaten Madiun, dimana mayoritas penduduk memiliki mata pencaharian yang terkait dengan sektor pertanian dan mayoritas lahan digunakan untuk kegiatan yang berkaitan dengan pertanian, baik pertanian tanaman pangan, perkebunan, kehutanan, maupun peternakan sehingga pemenuhan bahan baku dapat tercukupi. Tingkat konsumsi terhadap makanan terutama makanan siap saji juga merupakan sebuah potensi untuk melakukan usaha di bidang kuliner.
Produk makanan beku (frozen food) dengan berbagai menu makanan dalam kemasan, salah satunya adalah rolade saus. Rolade terbuat dari bahan utama daging sapi atau ayam giling yang dicampur dengan rempah-rempah dan tempung. Terdapat dua opsi saus yaitu asam manis dan lada hitam dengan campuran sayur mayur dan/atau buah. Dua produk terpisah yang merupakan satu bagian ini dimasukkan ke dalam freezer dan disimpan dalam keadaan beku.
Segementasi pasar yang dituju adalah masyarakat yang bekerja di perkantoran, rumah sakit, pabrik dan pekerja-pekerja lainnya yang cenderung tidak memiliki banyak waktu dan pilihan dalam konsumsi makanan dan ibu-ibu yang lebih memilih untuk tidak memasak. Pemasaran dilakukan dengan menitipkan di tempat-tempat kerja, warung makan, supermarket dan toko khusus frozen food yang memiliki mesin pendingin (freezer) dan dapat diakses dengan mudah oleh konsumen.  

1.2 Saran
Masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui prospek sebenarnya dalam pengembangan usaha kuliner makanan beku (frozen food) siap saji di Kabupaten Madiun menggunakan data-data empiris.




DAFTAR PUSTAKA

Agustina, Sinta. 2016. Jangan Ketawa Dulu, Ternyata Ini Alasan Kenapa Madiun Dijuluki Kota Gadis. Diakses dalam http://travel.tribunnews.com/2016/10/18/jangan-ketawa-dulu-ternyata-ini-alasan-kenapa-madiun-dijuluki-kota-gadis pada 5 Oktober 2018 pukul 06.23 WIB.
Alamsyah, Yuyun. 2008. Homemade Frozen Food : Cara Praktis dan Sehat Mengawetkan Makanan di Rumah. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Madiun. 2018. Kabupaten Madiun dalam Angka : 2018. Madiun : Badan Pusat Statistik Kabupaten Madiun.
Budiningsih, Sulistyani dan Watemin. 2014. Perilaku Interpreneur Pengrajin Gula Kristal di Wilayah Pedesaan. Dalam Jurnal AGRITECH : Vol. XVI No. 2 Desember 2014 : 110 – 117.
Iklan Pos. Edisi Februari 2015. Peluang Berbisnis Makanan Beku. Diakses dalam https://books.google.co.id/books?id=FBdyBgAAQBAJ&pg=PA2&dq=makanan+beku&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwimx7669e_dAhUHro8KHYhsAsAQ6AEINjAC#v=onepage&q&f=false pada 5 Oktober 2018 pukul 07.17 WIB. 
Maulidah, Silvana. 2012. Pengantar Manajemen Agribisnis. Malang : UB Press.
Rahardjo, Christopher Richie. 2016. Faktor yang Menjadi Preferensi Konsumen dalam Membeli Produk Frozen Food. Dalam Jurnal PERFORMA: Jurnal Manajemen dan Start-Up Bisnis Volume 1, Nomor 1, April 2016 : 32 – 43

Comments